Rebana Ketimpring jenis rebana yang
paling kecil. Garis tengahnya hanya berukuran 20 sampai 25 cm. Dalam satu grup
ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai sebutan, yaitu rebana tiga,
rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima berfungsi sebagai komando. Sebagai
komando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana
Ketimpring ada dua macam. Pertama Rebana Ngarak. Kedua Rebana Maulid.
Sesuai dengan namanya, Rebana Ngarak berfungsi mengarak dalam suatu
arak-arakan. Rebana Ngarak biasanya mengarak mempelai pengantin pria menuju ke
rumah mempelai pengantin wanita. Syair lagu Rebana Ngarak biasanya shalawat.
Syair shalawat itu diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau
Diiwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak itulah, Rebana Ngarak tidak statis di
satu tempat saja.
Rebana Ngarak saat ini berkembang dengan baik. Banyak remaja dan pemuda
mempelajarinya. Dalam grup Rebana Ngarak dipelajari pula berbalas pantun dan
silat. Dalam upacara ngarak penganten biasanya ada dialog berbalas pantun dan
atraksi silat. Grup Rebana Ngarak terdapat di berbagai kampung. Misalnya di
kampung Paseban, Kwitang, Karang Anyar, Kali Pasir, Kemayoran, Kayu Manis,
Lobang Buaya, Condet, Ciganjur, Grogol, Kebayoran Lama, Pejaten, Pasar Minggu,
Kalibata, dan lain-lain.
Rebana Maulid sesuai dengan namanya berfungsi sebagai pengiring
pembacaan riwayat nabi Muhammad. Kitab maulid yang biasa dibaca Syarafal Anam
karya Syeh Albarzanji dan kitab Addibai karya Abdurrahman Addibai. Tidak
seluruh bacaan diiringi rebana. Hanya bagian tertentu seperti : Assalamualaika,
Bisyahri, Tanaqqaltu, Wulidalhabibu, Shalla ‘Alaika, Badat Lana, dan Asyrakal.
Bagian Asyrakal lebih semangat karena semua hadirin berdiri.
Pembacaan maulid nabi dalam masyarakat Betawi sudah menjadi tradisi.
Pembacaan maulid tidak terbatas pada bulan mulud (Rabiul Awwal) saja. Setiap
acara selalu ada pembacaan maulid. Apakah khiatanan, nujuhbulanin, akekah, pernikahan,
dan sebagainya.
Pukulan Rebana Maulid berbeda dengan pukulan Rebana Ngarak. Nama-nama
pukulan Rebana Maulid disebut : pukulan jati, pincang sat, pincang olir, dan
pincang harkat.
Dahulu ada seniman Rebana Maulid yang gaya pukulannya khas. Seniman ini
bernama Sa’dan, tinggal di Kebon Manggis, Matraman. Sa’dan memperoleh inspirasi
pukulan rebana dari gemuruh air hujan. Gayanya disebut Gaya Sa’dan.
Minat generasi muda belajar
Rebana Maulid sangat kurang. Kini pembacaan maulid Nabi Muhammad sudah jarang
diiringi rebana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar